KH Muhammad Cholil Nafis di Masjid Raya Annur: Santri dan Pesantren Penopang Berdirinya Republik

SpiritBangsa.com – KH Muhammad Cholil Nafis menegaskan bahwa pesantren merupakan sistem pendidikan Islam yang diwarisi langsung dari Nabi Muhammad SAW. Melalui pesantren, nilai-nilai ilmu dan akhlak dipadukan untuk membentuk umat yang kuat secara spiritual dan intelektual.

Demikian disampaikan Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah itu saat Tabligh Akbar di Masjid Raya An-Nur Provinsi Riau. Rais Syuriah PBNU sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, tersebut menegaskan, Nabi Muhammad sebelum hijrah sudah punya majelis taklim bernama Darul Arqom.

“Ada 40 orang saat itu yang dididik oleh Rasulullah. Setelah hijrah ke Madinah, terbentuklah Ahlus Suffah — orang-orang yang tinggal di serambi Masjid Nabawi untuk belajar langsung dari Nabi. Inilah cikal bakal sistem pesantren,” jelasnya.

KH. Cholil Nafis juga menuturkan bahwa keberadaan pesantren di Indonesia merupakan hasil perpaduan dua corak dakwah Islam — para wali dari Gujarat dan para ulama yang belajar ke Timur Tengah. Menurutnya, pesantren menjadi pilar utama penyebaran Islam di nusantara.

“Republik ini dibentuk oleh para santri. Itu bukan klaim kosong. Sejak awal, Islam disebarkan oleh para wali dan ulama yang kembali dari Timur Tengah. Pesantren berdiri dengan empat rukun: ada kiai, santri, masjid, dan pengajian. Kalau tidak ada kiai, tidak bisa disebut pesantren,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menyinggung peran besar para ulama nusantara yang menimba ilmu di Makkah dan Madinah pada abad ke-19. Mereka tak hanya memperkaya khazanah keilmuan Islam, tetapi juga menanamkan semangat kebangsaan.

“Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Khatib Al-Minangkabawi, dan Syekh Mahfudz termasuk ulama besar yang belajar di Timur Tengah dan menjadi wajah baru Islam Indonesia. Mereka tidak dihitung dari banyaknya pengikut, tetapi dari karya ilmiah dan perjuangan mereka,” ungkapnya.

Menurut KH. Cholil, membela tanah air adalah bagian dari ajaran Islam. “Kata Kyai Syamsul Arifin, air yang kita pakai untuk wudu dan tanah tempat kita sujud harus kita bela. Artinya, membela tanah air sama dengan membela salat yang merupakan rukun Islam. Itulah corak Islam Ahlussunnah waljamaah yang kita pegang,” jelasnya.

Sementara itu, Imam Besar sekaligus Ketua Harian Badan Pengelola Masjid Raya An-Nur Provinsi Riau, Ustadz H. Zul Ikromi Lc MA PhD, menyampaikan rasa syukur atas kehadiran KH. Muhammad Cholil Nafis di tanah Melayu.

“Beliau datang membawa berkah dan semangat dakwah di tengah masyarakat. Pembahasan tentang pesantren sangat relevan karena masih dalam suasana Hari Santri. KH. Cholil adalah ulama yang konsisten memperjuangkan pesantren dan kebenaran di ruang publik,” ujar Zul Ikromi.

Ia juga menuturkan bahwa Masjid Raya An-Nur terus berkomitmen menjadi pusat kajian Islam yang berkualitas di Riau.

“Masjid ini unik, karena jamaahnya ada di alam nyata dan juga alam maya. Kajian-kajian kita ditonton oleh ratusan orang dari seluruh Indonesia. Alhamdulillah, An-Nur termasuk masjid yang dikenal aktif menggelar tabligh akbar dan kajian rutin berbasis kitab,” tambahnya.