Harga Minyak Dunia Kembali Naik Dipengaruhi Data Terbaru Ekonomi AS

SpiritBangsa.com – Harga minyak dunia kembali merangkak naik pada perdagangan Kamis (16/5/2024) yang dipengaruhi data terbaru Ekonomi Amerika Serikat (AS), khususnya pasar tenaga kerja yang stabil. Hal ini membuat ekspektasi bank sentral atau The Fed akan memangkas suku bunga pada 2024 menguat, sehingga bisa merangsang perekonomian dan meningkat permintaan minyak.

Mengutip Reuters Jumat (17/5/2024), minyak mentah berjangka Brent naik 52 sen atau 0,6% lebih tinggi pada US$ 83,27 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terkerek 60 sen atau 0,8% menjadi berakhir pada US$79,23.

Jumlah masyarakat AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pada minggu lalu. Hal ini menunjukkan adanya kekuatan mendasar di pasar tenaga kerja.

Meskipun klaim pengangguran rendah, laporan tersebut cukup lemah sehingga memungkinkan The Fed untuk melakukan pemangkasan.

“Tren ketenagakerjaan yang kuat menandakan permintaan bensin yang kuat, meskipun saat ini sedang lesu,” jelas John Kilduff dari Again Capital.

Data inflasi AS pada April dirilis lebih lambat dari perkiraan pada Rabu (15/5/2024), sehingga menambah ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada September, yang dapat melemahkan dolar dan membuat minyak dalam mata uang greenback lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Brent telah menyentuh level terendah sejak 26 Februari sebesar US$ 81,05 pada Rabu lalu. Harga tersebut kemudian rebound setelah data inflasi AS dan laporan pemerintah menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan di AS pada minggu lalu karena peningkatan aktivitas penyulingan dan permintaan bahan bakar.

Namun, permintaan bensin di AS terus berada di bawah 9 juta barel per hari selama enam minggu berturut-turut, di bawah rata-rata menjelang musim mengemudi di musim panas.

“Peningkatan produksi yang kemungkinan akan berlanjut hingga awal bulan depan akan terjadi seiring dengan lemahnya permintaan produk yang tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates. (beritasatu.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *