SpiritBangsa.com – Sejumlah pemain lokal Timnas Indonesia yang sempat menjadi andalan Shin Tae-yong posisinya semakin terancam akibat banjirnya amunisi-amunisi naturalisasi yang didatangkan oleh PSSI.
Para pemain ini sebetulnya sempat menghiasi daftar pemain utama Timnas Indonesia pada masa-masa awal kepemimpinan Shin Tae-yong. Mereka masih bisa bertahan dari kebijakan potong generasi yang dilakukan pelatih asal Korea Selatan itu.
Namun, setelah gelombang pemain naturalisasi membanjiri skuad Merah Putih selama dua tahun terakhir, para pemain lokal andalan tersebut mulai kehilangan tempat. Beberapa nama mulai dicoret dari daftar panggilan.
Namun, ada pula yang masih tetap dipanggil, tetapi kesulitan menembus skuad utama Timnas Indonesia karena hanya jadi penghangat bangku cadangan. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Fachruddin Aryanto
Fachruddin Aryanto merupakan pemain penting pada masa-masa awal kepemimpinan Shin Tae-yong sebagai juru taktik Timnas Indonesia. Dia menjadi salah satu andalan utama di jantung pertahanan.
Tak hanya itu, bek asal Klaten, Jawa Tengah, ini juga menjabat sebagai kapten. Namun, Fachruddin akhirnya harus tersingkir dari tempat utama. Dia terakhir kali bermain reguler bersama skuad Garuda pada Piala AFF 2022.
Kehadiran bek-bek naturalisasi seperti Jordi Amat menjadi penyebab utama tersingkirnya Fachruddin. Apalagi, kini nama-nama lainnya semakin bertambah, seperti Jay Idzes hingga Justin Hubner.
Saddil Ramdani
Saddil Ramdani pernah menjadi salah satu pemain andalan Shin Tae-yong untuk mengisi lini depan Timnas Indonesia. Saddil kerap mendapatkan kepercayaan untuk beroperasi di sektor sayap.
Namun, momen terakhir Saddil dipanggil STY ialah pada laga uji coba melawan Libya pada Januari 2024. Setelah itu, jasanya sudah tak lagi digunakan, termasuk pada Piala Asia 2023 hingga dua laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Hadirnya pemain naturalisasi seperti Ragnar Oratmangoen memang tak bisa dihindari oleh Saddil. Dia pun akhirnya harus merelakan satu sempat di skuad Merah Putih karena persaingan ini.
Alfeandra Dewangga
Alfeandra Dewangga nasibnya tak jauh berbeda dengan Fachruddin Aryanto. Padahal, Dewa sudah sempat menjadi andalan penting Shin Tae-yong saat usianya masih sangat muda, tepatnya setelah lulus dari Timnas U-20.
Di bawah asuhan STY, Dewa langsung sukses menembus skuad Timnas Indonesia senior. Pemain PSIS Semarang ini berturut-turut tampil pada Piala AFF 2020 hingga Kualifikasi Piala Asia 2023. Sejak saat itu, dia jarang dapat panggilan.
Nasibnya memang tak mujur karena di posisinya kebanjiran pemain naturalisasi seperti Elkan Baggott hingga Justin Hubner. Ada pula Shayne Pattynama dan Nathan Tjoe-A-On yang bakal jadi pesaing Dewa di pos bek kiri.
Ricky Kambuaya
Ricky Kambuaya juga menjadi pemain lokal yang namanya melejit bersama Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan inilah yang memberikan Kambuaya kesempatan debut di Timnas Indonesia.
Sebetulnya, Kambuaya sampai saat ini masih rutin mendapatkan panggilan Timnas Indonesia. Namun, yang berkurang adalah kesempatan bermainnya. Dia harus jadi penghangat bangku cadangan karena hadirnya pemain naturalisasi.Di sektor yang sama, Kambuaya harus bersaing dengan nama-nama beken seperti ivar Jenner hingga Thom Haye. Akhirnya, gelandang berusia 28 tahun ini harus puas jadi pemain pelapis saja.
Rachmat Irianto
Tak jauh berbeda dengan Ricky Kambuaya, Rachmat Irianto juga harus kehilangan tempat di skuad Timnas Indonesia. Padahal, Rian merupakan pemain spesial yang selalu dipercaya Shin Tae-yong karena karakter multi-posisinya.
Terakhir kali Rian mendapatkan kesempatan bermain ialah pada fase awal Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Setelah itu, pemain asal Surabaya itu sempat absen di Piala Asia 2023 karena mengalami cedera.
Seperti Kambuaya, Rian harus bersaing ketat dengan pemain-pemain keturunan seperti Thom Haye dan Ivar Jenner. Sebab, pemain berusia 24 tahun itu sebelumnya lebih banyak diplot sebagai gelandang bertahan. (bola.com)