Ramadan di Tepi Jalan Garuda Sakti KM 3

SpiritBangsa.com – Di bawah langit senja yang mulai memerah, Jalan Garuda Sakti KM 3, Pekanbaru, berubah wajah setiap Ramadan tiba. Sepanjang trotoar, deretan tenda sederhana bermunculan, membentuk pasar dadakan yang menawarkan aroma manis dan gurih. Pasar Ramadan ini bagai magnet, menarik warga dari penjuru kota untuk menyelami ritual tahunan: berburu takjil.

Saat matahari perlahan merunduk, suasana mulai berdengung. Bunyi klakson motor dan mobil yang melambat menjadi irama latar. Di sini, kolak bertemu es cendol yang dingin menggoda, martabak berbalut telur berjejer bersama gorengan renyah. Semua tersaji sederhana, namun penuh daya pikat, seolah memanggil para pejalan untuk berhenti sejenak.

Mila, seorang ibu berusia 32 tahun, adalah salah satu wajah familiar di keramaian ini. Dengan tas kain di tangan, ia berjalan dari satu lapak ke lapak lain, memilih takjil untuk keluarga di rumah.

“Setiap Ramadan, saya selalu ke sini,” katanya sambil tersenyum, matanya berbinar menatap tumpukan pisang rebus dalam kuah santan. “Pilihannya banyak, dari yang manis sampai yang asin, dan harganya ramah di kantong. Bisa bawa pulang banyak untuk anak-anak.”

Tak jauh dari Mila, Rinal, mahasiswa yang tinggal di kosan, terlihat sibuk memilih gorengan. Bagi anak rantau seperti dia, pasar ini adalah penyelamat. “Praktis,” ujarnya singkat, sambil menunjuk sepiring tahu isi dan segelas es kelapa muda di tangannya.

“Nggak perlu repot masak, rasanya enak, dan hampir setiap hari saya mampir.” Senyumnya mengembang, seolah Ramadan jadi lebih ringan dengan kehadiran pasar ini.

Di balik hiruk-pikuk pembeli, para pedagang musiman menata dagangan dengan cekatan. Ramadan bagi mereka bukan sekadar bulan suci, tetapi juga ladang rezeki yang ditunggu. Dari balik meja kayu sederhana, mereka menyapa pembeli, menawarkan senyum sekaligus harapan akan dagangan yang ludes sebelum azan berkumandang.

Pasar Ramadan di Jalan Garuda Sakti KM 3 ini lebih dari sekadar tempat bertransaksi. Ia adalah cermin kebersamaan, tempat aroma takjil bercampur dengan gelak tawa dan cerita kecil para pengunjung. Hingga mentari benar-benar tenggelam, pasar ini akan terus hidup, menyuguhkan cita rasa khas Ramadan yang membekas di hati warga Pekanbaru.

Bagi siapa saja yang ingin menikmati kelezatan takjil tanpa menguras dompet, tempat ini adalah jawaban. Namun, di tengah euforia berbuka, hati-hati tetap diperlukan—lalu lintas yang padat menjelang magrib jadi tantangan tersendiri di sudut jalan ini. Di sini, Ramadan terasa lebih dekat, lebih hangat, dan tentu saja, lebih beraroma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *